CewekBanget.ID - Berbagai masalah dalam hidup enggak jarang bikin kita tertekan.
Kadang perasaan tertekan datang hanya sejenak; tapi ada beberapa situasi yang amat mengubah hidup kita menjadi seakan penuh beban.
Di titik inilah kita mungkin mengalami stres atau depresi.
Kita mungkin menganggap kedua masalah mental tersebut sebagai sesuatu yang serupa, tapi sebetulnya stres dan depresi itu berbeda lho, dan cara penanganannya pun otomatis berbeda.
Berikut ini perbedaan antara stres dan depresi menurut SehatQ.
Baca Juga: Hobi Memasak Bisa Mengurangi Stres Karena 3 Alasan Ini, Lho!
Stres
Stres adalah reaksi tubuh pada situasi yang berbahaya, atau situasi yang nyata dan dirasakan.
Jadi, tubuh kita seakan membaca ada ancaman atau serangan saat kita dilanda stres, sehingga tubuh akan melepaskan berbagai hormon dan zat-zat kimia seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin.
Hal itu bertujuan mempersiapkan tubuh untuk melakukan tindakan fisik; makanya, stres cenderung diikuti oleh sejumlah reaksi fisik seperti peningkatan detak jantung, napas makin cepat, otot menegang, dan kenaikan tekanan darah.
Di satu sisi, stres dapat mendorong kita agar makin terpacu menghadapi tantangan; tapi stres juga bisa mematahkan semangat kita akibat mekanisme stress management setiap orang yang berbeda-beda.
Depresi
Beda dengan stres, depresi adalah suatu penyakit mental yang berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan kita.
Depresi dapat mengganggu suasana hati, perasaan, selera makan, stamina, pola tidur, hingga konsentrasi.
Ketika dilanda depresi, kita dapat merasa sedih dan gagal, mudah lelah, kehilangan semangat atau motivasi, hingga keinginan untuk bunuh diri.
Baca Juga: Hati-Hati! Kebiasaan Sehari-Hari Ini Justru Bisa Bikin Depresi
Gejala Stres dan Depresi
Stres dapat dikenali lewat berbagai gejala seperti perasaan kehilangan kendali, menghindari orang lain, gampang gelisah dan murung, sulit berkonsentrasi, sakit kepala, gangguan pencernaan, serta insomnia.
Sedangkan gejala depresi yang harus diwaspadai antara lain perasaan enggak berdaya dan putus asa, kehilangan harga diri dan kepercayaan diri, kerap merasa cemas, sulit berkonsentrasi, serta cenderung menghindari orang lain.
Selain itu, depresi juga dapat dikenali jika kita makan lebih sedikit atau banyak daripada biasanya, mengalami gangguan tidur, menyakiti diri sendiri, enggak lagi menikmati hal-hal yang biasanya menyenangkan seperti hobi, sering berpikir tentang kematian, hingga timbul keinginan untuk mengakhiri hidup.
Baca Juga: Teman Alami Depresi? Ini 4 Tips & Cara Sederhana Untuk Membantunya
Cara Mengatasinya
Stres biasanya dapat diatasi dengan mengatur ulang gaya hidup.
Manajemen stres yang baik bisa dimulai dengan berolahraga secara teratur, mengatur pola makan seimbang, membatasi konsumsi kafein dan alkohol, serta melakukan teknik relaksasi seperti yoga dan meditasi.
Kita juga bisa melakukan hal yang menyenangkan dan positif seperti mencoba hobi baru dan berkumpul dengan teman-teman, atau menonton film dan mendengarkan musik, serta menulis jurnal dan berkonsultasi kepada ahli untuk mendapat penanganan yang tepat.
Sedangkan untuk mengatasi depresi, kadang enggak bisa hanya dengan melakukan hal-hal tersebut.
Ketika berkonsultasi ke dokter spesialis jiwa, biasanya kita akan diberikan obat antidepresan yang cocok dengan kondisi kita.
Sementara jika obat antidepresan kurang efektif, dokter mungkin juga akan meresepkan jenis obat-obatan lain yang harus dikonsumsi sesuai dosis dan jangka waktu yang direkomendasikan oleh dokter.
Selain mengonsumsi obat, pasien depresi juga perlu menjalani psikoterapi dengan psikolog atau psikiater dan dianjurkan untuk menjalani terapi kognitif perilaku (CBT).
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR