"Umm... Mama enggak tau. Mungkin ke rumah tetangga kali," ujar Mama seadanya, tanpa memalingkan wajah dari layar TV.
Mungkin Mama benar, sebaiknya aku tunggu saja Puss di kamar sambil bermain internet.
***
"Kemana sih di Puss? Kok jam segini belum balik-balik, sih? Enggak kayak biasanya banget," waktu menunjukkan jam enam sore, dan aku mulai semakin khawatir sekaligus geram.
Aku kembali mencarinya di sekitar rumah. Tapi tak menemukannya. "Mama udah lihat Puss, belum?" tanyaku ketika melihat Mama di dapur menyiapkan makan malam.
"Belum, tuh. Memang dari tadi dia belum pulang-pulang?"
Aku menggeleng, yang entah dilihat Mama atau tidak. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku yang sedang sangat mengkhawatirkan Puss. Kuputuskan untuk mencarinya di rumah tetangga, tempat dia biasa bermain. Tapi sosoknya tidak ada. Di lapangan basket dekat rumah, juga tak ada.
Aku bingung, sampai akhirnya aku menemukannya di tengah jalan. Terbaring dengan darah di sekitar tubuhnya. Puss mati dengan sangat mengenaskan. Mungkin tertabrak motor. Aku tak tahu.
Air mataku pun mengucur tanpa henti. Aku speechless. Kasihan, sedih, menyesal, semuanya bercampur. Kucing kesayanganku harus mati, dan dengan cara yang mengenaskan. Siapa yang tega menabrak Puss???
***
Hari ini aku tak masuk sekolah, masih sangat sedih dengan kepergian Puss. Mungkin aku terlihat terlalu berlebihan. Tapi itulah aku. Aku share semua cerita Puss di blog-ku. Dan mendapatkan respon yang tak kuharapkan dari teman-teman blogku.
Claire yang menasehatiku untuk membeli kucing baru yang lebih bagus. Eliza yang berkata bahwa aku terlalu berlebihan. Merry yang bilang aku aneh. Ah, mereka pikir mereka lebih baik dari Puss? Tidak.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR