Melody tampak lelah. Berkali-kali ia menyeka keringat dinginya yang terus mengucur. Matanya menerawang agak tak jelas. Jari-jarinya tak henti memainkan lagu.
"Wong deso, main pianonya yang bagus dong," cerca Riko sok tahu.
"Iya, kamu harus tampil bagus dan tidak gugup," saran Papa.
Semua anggota keluarga mengangguk setuju. Melody merasakan degup jantung tak teratur. Dahinya mengeryit. Perasaannya seperti lahar tertahan.
***
Melody ingin sekali mencekik Norris. Dari subuh kucing itu terus mengeong membuat Melody tidak bisa melanjutkan tidurnya. Hari ini ia akan terbang ke Malaysia. Pesawatnya berangkat sekitar pukul 12.00 WIB. Melody langsung bersiap-siap.
Tiba-tiba Mama masuk, "Mel, Mama sama Papa berangkat duluan dulu. Kamu nanti berangkat jam sepuluh ya. Nanti diantar sama Pak Eko. Jangan terlambat," tegas Mama.
"Iya, Ma..." jawab Melody.
Kini ketakutannya semakin bertambah. Ia cepat-cepat turun ke bawah untuk makan. Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan. Kembali ditatapnya ke sekeliling kamarnya. Dengan pelan dibukanya pintu kamarnya.
Klik...
"Ih..ngapain kucing tante Claine di sini?" Melody heran saat menemukan Norris terbaring di atas karpetnya. Dielusnya Norris dengan telapak kakinya.
"Woi...kucing! Bangun! Main numpang saja did pan kamar gue," ucap Melody jail. Dengan agak gemetar ia memegang tubuh Norris.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR