Pulang sekolah, Sheira langsung ngacir mencari rumah Lingkan. Tapi sekarang ia malah merutuki diri sendiri karena nyasar di tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Belum lagi pulsa HP-nya yang telah habis masa aktifnya.
"Neng, cari siapa?" Tanya seorang wanita setengah baya pada Sheira yang sedang jalan mondar-mandir dengan tampang panik di gang kecil tersebut.
"Eh? Saya cari rumah teman saya Bu," kata Sheira dengan senyum miris.
"Teman? Nama teman Neng siapa?" Tanya ibu-ibu itu lagi.
"Eng...Lingkan. Lingkan Christantya."
"Oh, Lingkan? Dia anak saya," kata wanita itu ramah. "Ya sudah, ayo ikut saya ke rumah saya."
Sheira merendengi langkah wanita tersebut dengan perasaan kikuk.
"Neng utusan dari sekolah Lingkan yang dikasih tugas nengokin Lingkan, ya?" tebak ibu Lingkan.
"I-iya," jawab Sheira berbohong.
"Saya juga enggak tahu kenapa Lingkan tiba-tiba mogok sekolah. Kayaknya sih dia dijahati temannya," cerita ibu Lingkan, semakin menambah perasaan bersalah Sheira. "Pulang sekolah dia menangis terus di kamar sampai ketiduran. Waktu bangun, dia terus-terusan melihat sepatu barunya dan berusaha membersihkannya."
"Sepatu Converse ungu berbunga-bunga, ya?" tebak Sheira.
"Iya, dia beli sepatu itu dengan uang tabungannya yang ia tabung susah payah," kata ibu Lingkan dengan mimic sedih.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR