"Bagaimana menurutmu?"
Rachel menatap boneka yang kini telah berpindah ke tangannya dengan takjub. Rambut boneka itu berwarna pirang gelap seperti warna rambutnya. Bola matanya yang bulat juga berwarna biru terang sama serupa matanya. Bahkan juga tarikan bibirnya. Boneka itu serupa dirinya! Rachel seolah tersihir oleh hasrat yang begitu besar untuk memiliki boneka itu.
"Aku ingin memilikinya," ujar Rachel. Matanya tak lepas memandang wajah boneka itu.
"Jangan." Peramal itu menyahut pendek.
"Aku mau." Rachel bersikukuh. Suaranya terdengar berat.
"Kau akan menyesal. Dia akan merebut jiwamu."
"AKU TAK PEDULI!" teriak Rachel melengking. Dan tiba-tiba saja musik Pasar Malam terdengar lebih nyaring. Percakapan dan gelak tawa menjadi lebih riuh. Rachel merasakan sekelilingnya berputar cepat dan semakin cepat. Udara menjadi terasa berat dan gadis itu merasakan tubuhnya terhisap oleh sesuatu yang sangat kuat. Semakin ke dalam. Ia tercekik dan tak kuasa melawan. Matanya terasa berkunang-kunang, pandangannya mengabur. Samar-samar ia mendengar suara peramal itu berkata, "Nona muda yang kesepian dan pemberontak, selalu mudah terperangkap."
Rachel tak sanggup lagi menyahut. Tubuhnya lemas dan kesadarannya setipis benang. Matanya seperti dibebani batu berton-ton beratnya. Suara-suara kini terdengar menjauh semakin jauh. Gadis itu terjatuh lunglai dan boneka di tangannya terlepas. Ia dan boneka itu tergeletak berhadapan dan dilihatnya mata biru milik boneka itu berkedip!
--
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR