"Berarti kamu setuju dong sama nyontek?" tanya Suti sambil buka tutup botol.
"Bukan masalah setuju atau enggak...." ditatapnya Suti yang menenggak air kemasan dengan hausnya. Sambil berdiri.
"Tapi kan, kita semua terpaksa. Kalo kita pinter kayak kamu, sih, enggak masalah." Suti menyadari ada yang aneh dengan cara minumnya. "Ya ampun! Minum sambil berdiri, kan, enggak baik, ya...?"
Lili tertawa. Tapi jauh di dalam hatinya, ada yang ingin ia katakan. Tentang menyontek yang membuat perasaannya dicabik-cabik karena meragukan dirinya sendiri. Tentang mencontek, yang walau terpaksa dan sama-sama usaha, mencontek bukanlah cara yang benar. Iya, kalau cuma sekali. Kebiasaan buruk yang enggak ketahuan itu bisa jadi candu. Sakau!
Tapi kata-kata itu tidak terucap dari mulut Lili. Rasa takut dibilang munafik, sok suci dan julukan lainnya yang membuat ia urung.
Kata-kata itu tidak hilang. Kata-kata itu bersinar. Memantul-mantul, makin lama cahayanya makin cerah. Terang. Ia hidup dalam pikiran bawah sadar seorang Lili.
***
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR